Ilustrasi seorang pemuda

Memainkan Bangsi

Credit : Riduwan Philly


Dendang Nusantara-Bangsi/Bansi Alas adalah jenis Instrumen alat musik tiup bambu tradisional yang tumbuh dan berkemang di Lembah Alas, Kabupaten Aceh Tenggara, panjang bangsi/bansi sendiri lebih kurang  panjang 41 cm dan berdiameter 2,8 cm, yang mana memiliki 7 buah lubang dibagian atas bansi yang setiap lubangnya semakin ke ujung akan semakin lebar. dari 7 buah lubang memiliki fungsinya tersendiri yang terbagi dalam enam buah lubang nada, dan satu buah lubang udara yang letaknya dekat dengan tempat yang ditiup.





Ujung bangsi ditutup dengan buku bambu itu sendiri, sedangkan pada bagian ujung yang satu lagi ditutup dengan gabus. Daun bengkuang (daun pandan) membalut tempat (bagian) yang tertiup gabus dengan memberi sedikit berlebih (melewati bambu), dan dari sinilah nantinya peniup bangsi melekatkan kedua bibirnya untuk meniup. Dari lubang udara sampai ke ujung yang terbungkus daun bengkuang hutan (daun pandan) diberikan sedikit alur tempat keluarnya udara. 





Disekeliling Bangsi/Bansi terukir berwarnakan Bekhong (Alas-Hitam) ukiran krawang Alas. Penggunaan Bangsi sendiri di tanah Alas dizaman dahulu biasa digunakan sebagai musik pengiring Tarian Landok Alun, Sebuah tarian khas dari Desa Telangat Pagan berkisah kegembiraan petani yang memperoleh lahan baru dengan kondisi tanah baik.










http://kaisosogarcia.blogspot.co.id/
Bangsi Alas (Foto :Tradisikita.my.id)






Disebut “Tari Landok Alun” karena tarian ini lembut atau lambat. Alun berarti lembut atau lambat. Bukan pada gerak tarinya saja, tetapi alun diartikan lambat dalam hal ruang gerak tarinya yang tidak jauh berpindah dari satu posisi ke posisi lain. Tari Landok tidak memiliki bermacam-macam bentuk pola lantai, yang terbentuk dari gerak adalah pola simetris.





Selain itu, Pembuatan Bangsi sering identik dikaitkan dengan adanya kabar meninggal dunia salah seorang di kampung/kute tempat bangsi dibuat. Apabila diketahui ada seorang meninggal dunia Bangsi yang sudah siap dibuat sengaja dihanyutkan di sungai. Setelah itu diikuti terus sampai Bangsi tersebut diambil oleh anak-anak, kemudian Bangsi yang telah diambil anak-anak tadi dirampas lagi oleh pembuatnya dari tangan anak-anak yang mengambilnya. Bangsi inilah nantinya yang akan ditiup dan diperdengarkan sebagai Penanda kabar telah meninggalnya seseorang di Kampung/Kute tersebut. Bangsi kepunyaan orang-orang kaya sering dibungkus dengan perak atau suasa. Kabar lain juga mengatakan konon, pemuda-pemuda Alas dizaman dahulu untuk memikat seorang gadis pujaannya dengan cara meniup Bangsi ini.





Lagu-lagu yang biasa dimainkan melalui instrumen Bangsi adalah lagu-lagu tradisional sebagaimana terdapat pada musik canang seperti:




— Lagu canang Ngaro

— Lagu canang Ngarak

— Lagu canang patam patam.

— Lagu canang Jing Jing Tor dan

— Lagu Tangis Dillo.



Sumber :


  1. http://budaya-indonesia.org/Bangsi-Alas-1/

  2. https://m.facebook.com/Gerakan-Peduli-Kebudayaan-Alas-Kutacane-Aceh-Tenggara

  3. Riduwan Philly 

  4. http://lintasgayo.co/2015/07/21/mengenal-tari-landok-alun-suku-alas