Simpang Mesra Credit : Panoramio |
Bagi
mahasiswa lama yang menuntut ilmu di Kota Banda Aceh dan warga kota Banda Aceh, simpang ini pastilah tak
asing lagi didengar, bukan hanya sekedar jalan atau simpang, banyak kenangan
yang terjadi di simpang ini, namun lebih dari itu simpang ini merupakan
penghubung antara arah pusat kota ke Darussalam tempat berdirinya dua universitas
terkemuka di Aceh, Universitas Syiah Kuala dan UIN Ar-Raniry, ditambah juga
beberapa universitas swasta dan sekolah dari tingkat SD sampai SMA ada di
Darussalam kampungnya para pemuda menuntut ilmu, begitulah niat awal dari para
pemimpin Aceh kala itu, dan Presiden pertama Ir. Soekarno didaulat pula untuk
meresmikannya. jadi, bisa anda bayangkan sendiri betapa pentingnya simpang ini
sebagai penghubung para mahasiswa, pelajar, PNS, pegawai, pedagang dan
orang-orang yang memiliki kepentingan lainnya.
Bagi
para mahasiswa baru atau orang yang baru berkunjung pertama kali ke Banda Aceh
pastilah rata-rata menyebut simpang ini sebagai tugu pena terbalik, tugu pena
terbakar atau apalah sesuai dengan pandangan awal mereka saat melihat tugu ini,
begitu juga saya pada waktu awal 2013, saat saya pertama kali menginjakkan kaki
di Banda Aceh menyebut simpang ini dengan simpang tugu pena.
Tak
salah juga jika banyak orang beranggapan seperti itu karena memang penampakkan
dari tugu ini memang dengan pena sebagai puncaknya, lalu bagaimana sejarah awal
nama tugu tersebut? Apakah memang betul sejak awal pendiriannya sudah disebut
sebagai tugu simpang mesra?
Sebenarnya
Tugu itu bernama tugu ‘Tentara Pelajar’ yang dibangun untuk mengingatkan
generasi muda akan sepak terjang para pelajar Aceh dalam masa perjuangan
melawan penjajah dulunya. Di puncak tugu, ada lambang sebuah pena, sebagai
pesan agar generasi muda terus bergiat menambah ilmu.
Dikutip
dari buku Banda Aceh Heritage, Tentara Pelajar Aceh (TPA) bermula dari
kreativitas murid-murid sekolah menengah Koetaradja yang pada Mei 1946
membentuk Ikatan Pelajar Indonesia (IPI) Aceh. Dari sanalah mereka berjuang
untuk kedaulatan Indonesia.
Tugu
dengan tinggi 17 meter dengan diameter bawah 45 meter mengandung nilai-nilai
filosofis, idealisme, heroisme, loyalitas, serta semangat persatuan dan
kesatuan dari para pejuang pelajar. Tugu dibangun atas prakarsa eks Tentara
Pelajar Aceh di bawah pimpinan Amran Zamzami dengan arsiteknya Kamal Arif. Tugu
diresmikan Gubernur Aceh, Syamsuddin Mahmud pada 1998.[1]
Menurut
Rusdi Sufa, Sejarawan Aceh, mengatakan lokasi ini disebut Simpang Mesra karena
putarannya yang terlalu melengkung. Jika pengendara sepeda motor melewati jalan
ini, maka orang yang dibonceng mau tidak mau harus bersandar atau berpegangan
erat pada pengemudi sepeda motor. Sehingga setiap orang yang melalui
persimpangan tersebut dipaksakan "mesra" menurut keadaan.
“Sekitaran
tahun 80-an lah istilah ini menjadi sebutan bagi masyarakat Aceh yang hingga
saat ini masih dengan sebutan tersebut. Dulu ketika orang melewati simpang ini,
jika ada istri di belakang memeluk suaminya karena lengkungnya putaran
simpang,”kata Rusdi yang juga tercatat sebagai Dosen Sejarah FKIP[2]
Sisa Kejayaan Angkutan Umum Robur Credit : Darman Reubee |
Informasi
lainnya juga menyebutkan sejarah awal penamaan Simpang Mesra. Konon di era
80-an, Darussalam dijejali dengan bus produksi India sebagai moda transportasi
mahasiswa. Bus ini memiliki tubuh yang lebar dan disebut dengan "Robur
atau Lobur".
Pada
masanya, bus ini menjadi sarana transportasi populer bagi mahasiswa menuju
kampus di Darussalam. Selain biayanya murah, bus ini juga kerap disasar para
mahasiswa pria lantaran melewati bundaran yang kemudian dikenal Simpang
Mesra.
Pasalnya,
setiap kali bus berbadan besar dan panjang tersebut melewati bundaran ini, maka
penumpang yang duduk maupun berdiri di dalam robur akan mengikuti arah badan
mobil. Dengan kata lain, mau tidak mau, penumpang akan saling berdempetan
antara sesama. Baik itu penumpang pria maupun wanita.
Sejak
adanya robur tersebut, nama persimpangan yang terdapat Tugu Tentara Pelajar ini
kian santer dikenal dengan Simpang Mesra. Kondektur alias kernet bus Robur juga
sering menyebutnya dengan Simpang Mesra.
Robur
kini sudah tak lagi beroperasi dikarenakan sudah termakan usia ditambah semakin
banyaknya orang-orang memiliki kendaraan pribadi dan angkutan umum yang lebih
modren, namun jika ingin melihat sisa-sisa kejayaan robur yang beroperasi
mengantar para mahasiswa tahun 80-an kala itu anda bisa melihatnya tergeletak
terbengkalai begitu saja tanpa perawatan yang berarti di wisma Unsyiah.
Refrensi
[1]
Banda
Aceh Tourism”mengenang tentara pelajar di simpang mesra” diakses dari
http://www.bandaacehtourism.com/objek-wisata/sejarah/mengenang-tentara-pelajar-di-simpang-mesra/#.WBWABvRUPIU
pada tanggal 31 Oktober 2016 pukul 15:15 WIB
[2]
Portal
Satu “kenapa ada simpang mesra di banda aceh” diakses dari
http://portalsatu.com/berita/kenapa-ada-simpang-mesra-di-banda-aceh-2286
pada tanggal 31 Oktober 2016 pukul 15:12 WIB