Detik-detik Setelah Kejatuhan Benteng Kuta Reh

C; TropenMuseum





Dendang Nusantara (04 Juni 2018) Sehari sebelum penyerangan G.C.E Van Daalen ke Benteng Kuta Reh sekitar
pukul 18.00 WIB tertanggal 13 juni 1904 dibivaknya Lawe Sagu. G.C.E Van
Daalen mengumpulkan seluruh opsir-opsir dan pasukanya, untuk memberikan
pengaturan dan perintah yang pada tanggal 14 juni 1904 ditetapkan
sebagai penyerangan terhadap Benteng Kuta Reh.





Instruksi seperti ini lazim dilakukan pasukan Belanda apabila hendak melakukan suatu
penyerangan terhadap benteng-benteng yang dianggap kuat dan
berbahaya.




Untuk melaksanakan penyerangan ke Benteng Kuta Reh
menurut J.C.J Kempees dalam bukunya “ de Tocht van Overste van Daalen
Door de Gajo Loeos Alas en Bataklanden “ Pasukan Belanda terbagi dalam tiga golongan pasukan,yakni :








Van Daalen C: Wikipedia

1) Sebelas Brigade Mareshausse ( Marsose ).

2) Pasukan Infantri dan orang-orang hukuman (Umumnya orang-orang hukuman dari Jawa,Ambon dan Batak yang membawa peralatan).

3) Dan yang Ketiga, Pasukan Infantri serta orang-orang hukuman (alat-alat perlengkapan) dan regu kesehatan.







Dan didalam pasukan ini terdapat pula empat Brigade bekas koloni Pendeng
yang di datangkan dari Kuala Simpang dibawah pimpinan Kapten de Graaf
dibantu oleh Letnan Lasander.




Empat Brigade dibawah Pimpinan Kapten Sceepens, dibantu oleh Letnan
Christoffel Bertugas melakukan penyerangan di bagian Selatan dan Timur
dari Benteng Kuta Reh, Tiga Brigade dibawah Pimpinan Letnan Watrin,
dibantu Letnan Van Braam Morris, mendapat tugas menembus Benteng dari bagian Barat
dan Utara, Sedangkan Brigade dibawah Pimpinan Letnan Winter bertugas sebagai pasukan
cadangan yang sewaktu-waktu siap melakukan penyerbuan apabila pasukan inti kewalahan menghadapi para pejuang Gayo-Alas.



Sedangkan pasukan Kapten Stolk mendampingi Van
Daalen menyerbu bagian Selatan Benteng.






Pada tanggal 14 Juni 1904 tepat pukul 07.15 pagi.
bergerak dan
berangkatlah pasukan dari bivak Lawe Sagu menuju Benteng Kuta Reh, Pada
pukul
07.55 wib oleh pasukan Kapten Scheepens dan Lasander berhasil mencapai
Benteng Kuta Reh dan melakukan pengamatan tentang Penampakkan bentuk
dari Benteng. 





Dari pengamatan itu dapat diketahui Benteng Kuta Reh didirikan tidak di Kampung (Kute), melainkan di sebuah lapangan
terbuka yang luas, berdinding setinggi 2 meter, setebal 2 meter bagian
atasnya cukup tebal bila kita berdiri tegak dan berjalan.




Dindingnya cukup curam, dibagian luarnya dipagari
dengan bambu-bambu hidup
setebal 4,5 meter, kemudian ditanami pula dengan bambu berduri hidup
setebal
5 meter diatas benteng dipagari pula lagi dengan bambu runcing setinggi 2
meter, dan seluruh dinding benteng diberi lubang-lubang kecil yang oleh
pasukan Gayo-Alas digunakan sebagai tempat untuk menembak pasukan
Belanda.



Dibagian dalam sepanjang dindingnya digali lobang untuk tempat
perlindungan, kemudian lobang/ parit-parit ini dalamnya terdapat pula
pondok-pondok (barak) tempat perlindungan.




Setelah pasukan Van Daalen melihat secara umum keadaan dari Benteng Kuta
Reh, kemudian pasukan meneruskan perjalanananya menuju Benteng ini
dengan menempatkan pasukan-pasuan sebagaimana yang telah di Instruksikan dari
semula, dan Van Daelen juga menginstruksikan semua pasukannya untuk sedekat mungkin dengan Benteng Kuta Reh.




Di pihak pasukan gabungan dari Gayo-Alas sendiri
Sebelum Pasukan Van Daalen memasukki Tanoh Alas, Mereka telah terlebih
dahulu mendapatkan info akan kedatangan pasukan Belanda yang akan
menyerang Tanoh Alas, berita itu mereka dapat dari pasukan Gayo Lues
yang mengundurkan diri ke Tanoh Alas akibat kekalahan perang melawan
Belanda, dari sisa pasukan Gayo Lues itulah pejuang-pejuang Alas
mendapat info akan siasat perang Belanda, dan membuat persiapan Benteng
jauh lebih baik dan kuat ketimbang benteng-benteng yang berada di Tanoh
Gayo yang kurang mendapat waktu dan info akan kedatangan Belanda.






C; TropenMuseum







lebih kurang 4000 orang (J.C.J Kempees dan Zentgraaff) atau 2922
orang (Asnawi Ali) Gayo-Alas yang berada di dalam Benteng bahu-membahu
mepertahankan Nahma (marwah) orang Gayo-Alas yang tak sudi tanahnya
dijajah.




Diantara pasukan tersebut
terdapat beberapa Panglima Perang yang disegani yang di antaranya:
Panglima Mamad anak Kejerun Bambel, Panglima Haji Djafar adik dari Raja
Cik Batu, Panglima Guru Leman dan Panglima Ejem. 





Setiap panglima memiliki tugas dan perannya masing-masing didalam
mempertahankan benteng. Panglima Mamad dengan pasukannya mempertahankan
benteng dari arah Timur, Panglima Guru Leman dan
Panglima Ejem di bagian Selatan, dan Panglima Haji Djafar di bagian
Utara dan Barat Benteng.




Setelah melihat pasukan kecil Belanda dibawah
Pimpinan Kapten Scheepens yang hendak maju mendekati dinding Benteng,
Panglima Guru Leman lantas memberikan
komando pasukannya untuk menyerang terlebih dahulu dengan melepaskan
tembakan senjata bedil dari celah-celah
lubang dinding Benteng dengan gencar, mengakibatkan Kapten Scheepens
terkena tembakkan dilambung kirinya, Mendapat serangan yang gencar dan
gigih dari pasukan Panglima Guru Leman tak pelak membuat pasukan Kapten
Scheepens terkejut dan seketika pasukan Belanda dari arah selatan
porak-poranda dan memaksa mereka untuk mundur.




Melihat
keadaan Kapten Scheepens dan pasukanya kewalahan menghadapi pejuang
Alas  membuat Van
Daalen murka, dia memberikan perintah langsung tepat pada pukul 08.45
wib, untuk melakukan penyerbuan serentak. Pasukan Moris maju menaiki
dinding benteng dan memberikan instruksi tembakkan, serangan dari
pasukkan Moris disambut  dengan gagahnya lemparan lembing bercabang oleh
Pasukan Panglima Haji Djafar yang olehnya Moris terluka bagian
punggungnya .



Seketika saja tembak menembak dan pertempuran dengan dahsyatnya terjadi di Benteng Kuta Reh.



pasukan Van Daalen dari Selatan berusaha
menguasai pintu masuk Benteng.





Setelah pintu masuk ini dapat dikuasai oleh pasukan
Christoffel maka
seluruh pasukanya memasuki Benteng, dengan disambut kelewang, tombak
lembing,bambu dan bedil dari pejuang Gayo-Alas, Pertempuran tak seimbang
pun terjadi, yang mengakibatkan banyaknya korban dari pejuang Gayo-Alas
yang mati Syahid.




Melihat keadaan pasukan Gayo-Alas semakin terpojok. membuat pasukan Panglima Mamad, Panglima Guru
Leman dan Panglima Ijem mengalihkan pertahananya ke arah belakang
Benteng.





Dengan Pertempuran yang tak seimbang, dengan cepatnya
pasukan Belanda berhasil menaklukkan seluruh perlawanan Gayo-Alas dan
Benteng berhasil dikuasai sepenuhnya pada pukul 09.40 WIB. Tetapi
pasukan Guru Leman, Panglima Mamad,
Panglima Ijem yang berhasil meloloskan diri sesekali melepaskan tembakan
dari arah belakang Benteng.



Dibawah Instruksi langsung Van Daalen, Belanda
mengadakan pembersihan didalam
Benteng, dan memerintahkan pasukan Infantry untuk mengumpulkan senjata
dan menghitung korban yang syahid, mereka juga menyita bahan-bahan
perlengkapan
Benteng. setelah selesai Seluruh pasukan kembali ke Lawe
Sagu, dan pukul 15.45 WIB seluruh pasukan Van Daalen telah berada
kembali ke Bivak di Lawe Sagu.



Menurut catatan J.C.J Kempees korban-korban yang jatuh dalam penyernangan dalam Benteng Kuta Reh antara lain sebagai berikut,



Kerugian dipihak Benteng Kuta Reh;

313 pria tewas, 189 wanita tewas, 59 anak-anak tewas, 20 wanita luka
berat, 31 anak-anak luka berat, 63 anak anak dan wanita cedera, 75
karaben disita dan bahan bahan makanan.

ada juga sumber lainnya korban yang mati syahid sendiri terdiri dari 1.773 laki-laki dan 1.149
perempuan (Menurut Asnawi Ali) Tetapi Menurut Kempes dan
Zentgraaff korban lebih banyak lagi yakni berjumlah  4.000 orang. ini
adalah genosida pertama yang di lakukan oleh Belanda di Indonesia

 


Kerugian pihak Belanda:

2 marsause tewas, 3 opsir luka luka masing masing, Kapten Scephens,
Letnan van bram moris, Letnan cristoffel, 1 brigade lebih marseuse luka
luka, 4400 peluru ditembakan


Diantara yang tewas terdapat Kepala Kampung Kuta Reh dan
Kejeruntua Batu Mbulan dan Pengulu Cik Batu Mbulan. (Sumber :
atjehcyber)